Rabu, 05 September 2012

Teknik Fasilitasi

Apakah Fasilitasi itu ?
Fasilitasi berasal dari kata Perancis, facile dan Latin facilis, yang artinya mempermudah (to facilitate = to make easy). maka fasilitasi dapat diartikan sebagai upaya memudahkan orang atau sekelompok orang. Fasilitasi dapat pula dirumuskan dalam beberapa cara. Misalnya fasilitasi dapat berarti:
 bersifat memungkinkan atau membuat mudah atau
 membantu orang agar dapat memberdayakan diri mereka sendiri,
hanya hadir disana, mendengarkan dan menjawab kebutuhan orang-orang,
atau
 memberikan dukungan kepada orang, kelompok dan organisasi
selama proses partisipasi.
Karena fokus fasilitasi pada konteks yang sedang dibahas mengenai pemberdayaan kelomok masyarakat maka pengertian fasilitasi dapat dikemukakan sebagai berikut :
Fasilitasi adalah proses sadar untuk membantu suatu kelompok masyarakat sehingga dapat berhasil melaksanakan tugas mereka sambil tetap menjaga eksistensi kelompok itu.
Sementara orangnya sebagi pelaku fasilitasi disebut fasilitator. Fasilitator adalah orang yang membantu anggota kelompok berinteraksi secara nyaman, konstruktif, dan kolaboratif sehingga kelompok dapat mencapai tujuannya. Seperti ditekankan Kaner (2007), fasilitator mesti netral dalam isi (content-neutral). Artinya, isi pembicaran kelompok, seperti bagaimana keadaan suatu masyarakat atau apa solusi yang tepat untuk suatu masalah, adalah urusan kelompok, dan bukan wilayah intervensi fasilitator.
Fasilitasi pada praktiknya adalah penggunaan teknik-teknik berkomunikasi oleh fasilitator dalam rangka menggali gagasan/ide atau pengambilan keputusan oleh kelompok orang (masyarakat). Menurut Sarjono,M.A (2000), beberapa persoalan yang sering muncul dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah akibat langsung dari kegagalan berkomunikasi. Kegagalan dalam komunikasi dapat disebabkan oleh banyak hal. Dengan demikian keberhasilan suatu proses pemberdayaan masyarakat akan lebih banyak tergantung kepada tingkat efektifitas
komunikasinya. Seharusnya dapat dipahami bahwa proses fasilitasi itu adalah rangkaian proses komuniksi.
Untuk Apa Fasilitasi ?
Seperti diungkapkan diatas bahwa fasilitasi itu untuk memudahkan suatu kegiatan kelompok masyarakat. Oleh karena itu tujuan fasilitasi, jika dikaitkan dengan pemberdayan masyarakat, adalah upaya mempermudah penggalian potensi, masalah, gagasan dalam rangka pemecahan masalah oleh masyarakat.
Sesuai dengan hal tersebut diatas, melalui kegiatan fasilitasi ini diharapkan terciptanya tatanan masyarakat yang mandiri dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi dengan memanfaatkan potensi yang tersedia.
Prinsip utama fasilitasi adalah proses, bukan isi. Seperti dijelaskan Hunter et al, (1993), facilitation is about process – how you do something – rather than the content – what you do. Facilitator is process guide; someone who makes a process easier or more convenient to use. Artinya seorang fasilitator harus netral dan hanya berorientasi pada proses bukan kepada isi dari sebuah diskusi.
Dengan mengajukan pertanyaan, fasilitator memposisikan dirinya netral untuk kemudian membuka dan mengundang partisipasi, yang kemudian dikelola dalam dialog lalu mengerucutkan pada suatu kesepakatan bersama. Secara singkat, ada tiga pembabakan penting, yakni divergensi (memfasilitasi munculnya keragaman ide), dialog (mempertemukan dan mendialogkan ide-ide), dan kemudian konvergensi (mengerucutkan ide-ide).
Bagaimana Sikap Dasar Fasilitasi?
Bagaimana kita dipersepsikan oleh orang lain?
Ketika seorang fasilitator sedang bekerja (berbicara dan sebagainya) dalam suatu diskusi dengan kelompok masyarakat, ternyata sikap tubuh atau bahasa tubuh
(body gesture) lebih menjadi perhatian. Berikut dapat dikemukanan persepsi orang terhadap “penampilan” seorang fasilitator adalah:
Kata-kata 7%
Nada suara 13%
Bahasa tubuh 80%
Apa itu sikap?
Setiap orang mempunyai sikap. Sikap merupakan gabungan antara nilai, keyakinan
dan pendapat. Sebagai manusia sering kali kita mengomongkan sikap orang lain
tetapi tidak suka membicarakan sikap kita sendiri.
Ini terutama karena sikap sukar untuk diukur dan lebih sering orang lain dapat
melihat hal itu daripada kita sendiri.
Sikap diekspresikan dengan beberapa cara:
 Lewat kata dan pendapat
 Lewat nada suara
 Lewat bahasa tubuh
 Lewat tingkah laku dalam kelompok
 Lewat ekspresi wajah
Mengapa sikap tertentu sangat penting kalau bekerja sebagai seorang
fasilitator lapangan?
Beberapa sifat merupakan dasar pokok agar bisa menjadi seorang fasilitator lapangan yang baik. Seorang fasilitator selalu akan berada dalam sebuah situasi kelompok yang melibatkan banyak orang dari berbagai macam kelompok. Apabila peran seorang fasilitator adalah membuka saluran komunikasi antar manusia dalam konteks ini, seorang fasilitator harus mempunyai empat sikap utama berikut ini:
o Minat akan orang, situasi dan kehidupan. Cobalah bayangkan sebentar bagaimana perasaan anda pada saat anda bercerita dan orang yang anda ceritai tidak berminat. Nampaknya anda tidak ingin lagi bertemu dan bekerja sama dengan orang mereka lagi di kesempatan lain, kecuali anda dipaksa untuk melakukannya, dan nampaknya anda tidak ingin lagi mengulang cerita yang sama. Orang nampaknya akan merasa yakin membagikan pikiran-pikiran mereka dengan anda apabila mereka merasa berminat akan kehidupan mereka dan bukan hanya aspek yang terkait dengan profesi anda.
o Empati adalah dapat meletakkan diri anda dalam posisi orang lain agar anda dapat mengerti perspektif mereka mengenai suatu masalah. Empati sangat penting apabila anda bekerja di masyarakat agar anda dapat mengerti keberagaman kondisi, situasi dan minat mereka. Ini kadang dapat sulit karena kita harus membebaskan diri dari asumsi dan persepsi kita sendiri dan mencoba dengan sungguh-sungguh meletakkan diri kita dalam posisi mereka. Tantangan dalam fasilitasi kelompok dan bekerja di masyarakat adalah bahwa anda harus berempati kepada banyak orang pada saat yang sama. Meskipun demikian, apabila anda dapat mengembangkan sikap ini anda akan merasa bahwa orang akan jauh lebih percaya kepada anda dan, dengan demikian akan lebih responsif. Tantangan adalah memberikan empati tetapi tetap netral.
o Pandangan positif tak bersyarat berarti, singkatnya, tidak peduli apa pandangan, pendapat, tingkah laku, jenis kelamin, atau kelas anda harus selalu menghargai kemanusiaan dan keunikan setiap individu dan menghormati potensi mereka. Anda harus menerima orang apa adanya apabila anda ingin bekerja dengan mereka sebagai seorang fasilitator. Ini tidak berarti anda harus suka dan setuju dengan mereka. Seperti yang anda dapat bayangkan, ini merupakan harapan yang sulit karena begitu banyak orang yang kita temui paling tidak membuat kita jengkel. Tetapi juga sangat penting bagi anda untuk mengerti bahwa apabila anda tidak bisa menghargai dan menghormati bahkan orang-orang yang sulit, anda tidak akan bisa memfasilitasi mereka.
o Kepercayaan tak bersyarat akan potensi kelompok – keyakinan penting di sini adalah bahwa netral isi terletak pada kepercayaan tak bersyarat mengenai potensi kelompok untuk menemukan solusi dan keputusan yang baik atas masalah mereka sendiri. Ini berarti tidak peduli kelompok tersebut terdiri dari komposisi macam apa, anda percaya bahwa jawabannya ada di dalam kelompok itu sendiri dan bahwa peran anda sebagai seorang fasilitator adalah membantu memunculkan jawaban tersebut. Tentu saja, banyak sikap positif lain yang merupakan keuntungan. Meskipun demikian, keempat sikap ini merupakan sikap terpenting. Tidak peduli betapa baik ketrampilan anda sebagai seorang fasilitator atau ketrampilan teknis anda sebagai seorang ahli hutan, kalau sikap anda tidak mendukung dalam empat hal diatas, anda akan menilai banyak kesulitan.
Bagaimana kita dapat mengelola sikap kita?
Sayang sekali, ada banyak aspek dalam kehidupan kita yang kita tidak bisa lihat, tetapi bisa dilihat oleh orang lain. Meskipun demikian, ada juga aspek dalam diri kita yang seringkali kita abaikan tetapi kita tahu aspek itu ada di sana. Coba gunakan hal berikut ini demi perkembangan pribadi anda sendiri.
Tip untuk kesadaran diri fasilitator
 Jangan menghakimi
 Coba usahakan untuk tidak memproyeksikan persepsi anda untuk orang lain
 Jangan beranggapan bahwa orang lain membutuhkan bantuan anda
 Berkawanlah dengan jujur
 Tunjukkan sikap hormat, dan hargai orang yang bekerja dengan anda
 Punyailah rasa percaya kepada orang yang bekerja untuk anda
 Terimalah bahwa orang mempunyai nilai, tingkah laku dan pandangan sendiri
 Tunjukkan minat dalam seluruh aspek kehidupan manusia
 Mundurlah sejenak dan dengarkan
 Bertindaklah sebagaima anda harapkan orang lain bertindak untuk anda
 Jangan berpikir anda mengerti lebih baik
 Jangan memberi saran
Apa Peran dan Tugas Fasilitator ?
Peran dan tugas seorang fasilitator sesuai dengan prinsip-prinsip PRA harus mencerminkan bahwa masyarakat sebagai pelaku (subjek) utama dalam kegiatannya dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui pengalihan ketrampilan analisis dan ketrampilan merencanakan kegiatan.
Berikut peran dan tugas fasilitator dapat dikemukanan sebagai berikut :
 Mengembangkan rancangan kajian (Rancangan PRA)
 Mengembangkan alat-alat kajian
 Menyampaikan tujuan kajian kepada masyarakat
 Menyampaikan cara dan proses kajian kepada masyarakat
 Memfasilitasi kegiatan kajian bersama masyarakat
 Mengalihkan keterampilan kajian (analisis) kepada masyarakat
 Mengalihkan peran sebagai pemandu kepada masyarakat secara bertahap
 Mendorong masyarakat untuk mengembangkan proses termasuk memilih topik
 Sebagai peserta belajar (belajar dari pengalaman, cara berpikir dan tata nilai masyarakat)
 Menengahi perbedaan pendapat dan perselisihan
 Memfasilitasi perencanaan kegiatan
 Mendokumentasikan hasil untuk dilaporkan
Apa saja yang menjadi etika dalam fasilitasi?
Selain tip seperti diatas, lebih jauh lagi ada beberapa hal yang dapat dikatagorikan sebagai etika umum fasilitator dalam fasilitasi seperti yang dikemukakan oleh Djohani (1996), antara lain :
1. Bersikap sabar
Aspek utama dalam PRA adalah proses belajar prosesnya memerukan kesabaran dan jika tidak berarti fasilitator telah mengambil kesempatan belajar mereka.
2. Mendengarkan dan tidak mendominasi
Karena proses berpusat pada masyarakat, maka fasilitator harus menjadi pemerhati dan pendengar yang aktif. Seperti diungkapkan oleh Kaner (2007), Proses fasilitasi adalah proses percakapan dan diskusi warga/ anggota kelompok. Karenanya, fasilitator bicara jauh lebih sedikit. Kecuali di bagian-bagian pengantar yang mungkin sedikit agak panjang, fasilitator bicara tidak lebih dari 1 ½ menit. Fasilitator lebih banyak bertanya dan bertanya hanya memakan waktu sekitar 10 detik. Bila dijumpai fasilitator yang bicara panjang lebar, bahkan lebih panjang dari warga, maka patut diduga bahwa yang terjadi bukanlah fasilitasi.
3. Menghargai dan rendah hati
Sering orang beranggapan masyarakat itu banyak ketidak tahuannya, miskin dan ketinggalan. Anggapann seperti itu harus dijauhkan dan mulai dengan pandangan positif. Cara menghargai masyarakat adalah dengan menunjukan minat yang sungguh-sungguh pada pengetahuan dan pengalaman mereka
4. Mau belajar
Seorang fasilitator untuk dapat memahami keadan masyarakatnya justru harus memiliki semangat belajar. Di masyarakat banyak hal yang bisa dipelajari baik itu adat istiadat, tata nilai dan norma-norma dari perkembangan masyarakat. Kita tidak akan bisa bekerja sama dengan mereka apabila kita tidak tidak memhami atau belajar tentang msayarakatnya
5. Bersikap sederajat
Harus dihindari membandingkan keadan masyarakat miskin dengan lingkungan yang dianggap lebih maju. Sebaiknya dikembangkan sikap kesedarjatan agar kita diterima sebagai teman atau mitra kerja oleh masyarakat. Fasilitator tidak bersikap sebagai tamu tapi harus menjadi bagian dari warga masyarakat yang bekerja langsung bersama mereka.
6. Bersikap akrab dan melebur
Berinteraksi dengan masyarakat sebaiknya dilakukan secara informal, akrab dan santai, sehingga kesederajatan pun tercipta. Hal ini dapat dilakukan dengan tidak berpakaian menyolok, saling berbagi makanan, tinggal bersama mereka dan melakukan sendiri keperluan-keperluan pribadi (mengambil air, mencuci dll)
7. Tidak menggurui
Penerapan PRA adalah proses belajar sementara fasilitator “gurunya” tapi hati hati untuk tidak bersikap “menggurui” . orang dewasa memiliki pengetahuan dan pengalaman serta konsep diri karena itu tidak akan berhasil apabila kita bersikap sebagai “guru” yan serba tahu. Sebaiknya kita belajar dengan saling berbagi pengalaman sehungga lebih banyak pemahaman yang diperoleh.
8. Berwibawa
Meskipun suasana yang dibangun harus santai dan akrab, seorang fasilitator (pemandu PRA) harus tetap menunjukan kesungguh-sungguhan di dalam bekerja dengan masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan menghargainya.
9. Tidak memihak, menilai dan mengeritik
Fasilitator harus tetap netral berfokus pada proses bukan pada substansi. Dalam proses fasilitasi sering terjadi pertentangan, fasilitaor tidak boleh menilai dan mengeritik pendapat pihak tertentu. Tetap netral dengan memfasilitasi komunikasi sehingga diperoleh kesepakatan dan jalan keluarnya.
10. Bersikap terbuka
Suasana keterbukaan harus dibangun dengan luwes. Karena segan, malu atau takut menyebabkan masyarakat enggan mengemukakan pendapat yang
sebenarnya. Masyarakat akan terbuka jika telah tumbuh kepercayaan kepada orang luar/ fasilitator. Katakan tidak tahu kalau memang kita tidak tahu, itu jauh lebih baik dari pada pura-pura tahu.
11. Bersikap positif
Fasilitator/ pemandu PRA selalu membangun suasana positif. Artinya kita mengajak masyarakat untuk memahami keadaannya dengan menonjolkan potensi-potensi yang ada, bukan sebaliknya mengupas dan mengeluhkan kekurangan-kekurangan. Perlu diingat bahwa potensi terbesar di masyarakat adalah kemauan dari manusianya sendiri untuk berubah.
Bagaimana strategi dan teknik fasilitasi ?
Seperti telah diutarakan sebelumnya bahwa fasilitasi itu adalah proses komunikasi, sehingga dalam fasilitasi pendekatannya adalah bagaimana memilih dan menerapkan teknik-teknik komunikasi. Pada praktiknya, teknik fasilitasi adalah teknik komunikasi juga. Sebagai contoh ketika seorang fasilitator mengungkap informasi bersama masyarakat teknik komunikasi yang penting digunakan adalah teknik bertanya.
Banyak orang berpikir bahwa yang paling diperlukan fasilitator adalah keterampilan berbicara di depan orang banyak. Memang benar, fasilitator sering berbicara didepan banyak orang. Misalnya, dengan memberi pengantar atau mengajukan pertanyaan. Namun, keterampilan terpenting yang perlu dimiliki sebenarnya adalah keterampilan mendengarkan. Seorang fasilitator yang baik, selain mampu mendengarkan dengan cara yang tepat, juga mampu mengembangkan proses agar peserta dapat saling mendengarkan. Tidak jarang, kita lebih suka bicara daripada mendengarkan orang lain. Karena itu kita perlu latihan meningkatkan kemampuan mendengarkan orang lain secara baik. Apakah triks-triks yang Anda punya untuk bisa melakukan itu? Selanjutnya akan dipaparkan sejumlah teknik dan triks mengajukan pertanyaan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan menangkap (mendengarkan) apa yang disampaikan oleh pembicara.
Mengapa harus mengenal gaya komunikasi peserta ?
Mengamati peserta merupakan hal penting yang harus dilakukan seorang fasilitator, agar dapat menerapkan strategi berkumunikasi yang tepat. Fasilitator menganggap keberagaman peserta sebagai situasi yang perlu dihadapi, bukan sebagai masalah. Setiap peserta memiliki karakteristik dan gaya komunikasi personal yang berbeda, misalnya:
• Bicara panjang lebar dan berputar-putar;
• Bicara sedikit dan lebih banyak menjadi pendengar;
• Hanya bicara bila ditanya;
• Disertai humor (suka melucu);
• Meledak-ledak (penuh semangat, bersuara keras);
• Bersuara pelan;
• Malu berbicara di depan publik (demam panggung);
• Pintar (banyak teori);
• Komentator (suka 'nyeletuk');
• Suka mengejek;
• Praktis (tidak suka teori);
• Negatif (pesimis);
• Optimis.
Fasilitator tidak boleh mengkritik karakteristik dan gaya komunikasi individual, melainkan mendorong sikap positif terhadap perbedaan tersebut. Beberapa karakter yang kurang mendukung-seperti suka mengejek pendapat peserta lain, berkomentar jelek, dan menentang terus (negatif), tentunya perlu diatasi agar menjadi lebih positif. Apabila diskusi berjalan baik, cobalah untuk pergi ke luar lingkaran peserta, dan perhatikan (observasi) dari bangku belakang, bagaimana proses diskusi antar peserta berlangsung. Akan ada banyak hal yang Anda bisa lihat apabila mata Anda jeli tentang bagaimana komunikasi kelompok dan komunikasi interpersonal terjadi di dalam forum.
Apa Saja Teknik fasilitasi itu?
Mendengar dan Mendengarkan
Apakah bedanya mendengar dan "mendengarkan"? Apakah bedanya menggambar dan "menggambarkan"? Mendengar yang pertama adalah memasukkan suara ke telinga, sedangkan mendengar yang kedua (mendengarkan) adalah mengolah suara
yang masuk ke telinga menjadi lebih bermakna. Menggambar yang pertama adalah kerja teknis tangan kita dengan pensil atau alat tulis di atas kertas, sedangkan menggambar yang kedua adalah menggambarkan bentuk yang lebih bermakna. Untuk mendengar secara lebih bermakna, kita dibantu sejumlah pertanyaan. Pertanyaan itu membuat kita lebih mengerti makna dari pernyataan atau ucapan dari si pembicara. Ketika si pembicara mengatakan "Saya setuju bahwa…." Maka kita ajukan pertanyaan: "Apa yang Anda setuju tadi….? Sehingga kita menjadi pendengar yang lebih baik, atau juga mendorong orang lain untuk mendengar secara lebih baik. Apabila terdapat peserta yang berbicara berputar-putar dan nampak tidak yakin apakah penjelasannya ditangkap oleh audiens sehingga dia mengulang-ulang dan menjadi bingung sendiri, triks paraphrasing diperlukan untuk membantu si pembicara memperjelas GAGASAN POKOK yang ingin disampaikannya. Itu juga berarti kita mendengarkan si pembicara secara lebih baik dan membantu audiens untuk mendengarkan secara lebih baik. Untuk peserta atau pembicara yang 'pelit' bicara, atau peserta yang kesulitan menyampaikan gagasannya secara lengkap, triks "drawing people out" diperlukan. Triks ini dimaksudkan untuk meminta pembicara menjelaskan lagi pernyataannya dan atau mengklarifikasi, serta merumuskan kembali gagasan pokoknya. Triks "mirroring" serupa tapi tidak sama dengan paraphrasing, karena menyampaikan kembali pembicaraan peserta tetapi dengan mengutip kembali kalimatnya secara lengkap. Jadi, fasilitator tidak menggunakan kalimatnya sendiri melainkan kalimat si peserta (si pembicara) seperti apa adanya.
Bagaimana Trik-Trik Mendengarkan ?
Berikut adalah 11 macam teknik mendengarkan yang sebaiknya dimiliki fasilitator.
Triks-1: Membahasakan Kembali (Paraphrasing)
 Membahasakan kembali merupakan teknik yang paling penting untuk dipelajari. Teknik ini merupakan dasar dari teknik lainnya.
 Teknik ini bersifat menenangkan, membuat peserta paham bahwa ucapannya dimengerti orang lain.
 Terutama digunakan untuk menanggapi jawaban yang berbelit dan membingungkan.
Bagaimana caranya?
Gunakan kalimat sendiri untuk membahasakan kembali jawaban warga.
 Kalau jawabannya pendek, bahasakan kembali secara pendek pula. Ika panjang, bahasakan kembali dengan meringkasnya.
 Awali dengan kalimat seperti, "Tadi Ibu mengatakan,.. "
 Sesudahnya, perhatikan reaksi orang itu. Sertai dengan kata, misalnya, "Apa itu yang Ibu maksud ...."
Triks-2: Menarik Keluar (Drawing people out)
 Karena jawaban warga kurang lengkap, fasilitator perlu menarik keluar gagasan
yang belum dikatakan.
 Gunakan teknik ini bila warga mengalami kesulitan menjelaskan gagasan.
Bagaimana caranya?
 Dahului dengan teknik membahasakan kembali. "Tadi bapak mengatakan
 Lanjutkan dengan pertanyaan terbuka, seperti, "Bisa lebih diperjelas?"
 Ada juga cara lain. Setelah peserta selesai bicara sambut dengan kata sambung seperti, "Karena…" atau "Jadi,…"
Triks-3: Memantulkan (Mirroring)
 Fasilitator berfungsi sebagai dinding, yang memantulkan kata-kata warga. Tujuannya, meyakinkan warga bahwa fasilitator mendengarkan ucapannya.
 Biasanya digunakan bila fasilitator ingin menegaskan bahwa ia tidak memihak.
 Teknik ini berguna mempercepat diskusi yang lamban. Sesuai untuk memfasilitasi proses curah pendapat.
Bagaimana caranya?
 Kalau warga mengatakan satu kalimat, pantulkan kata demi kata setepat tepatnya. Tidak kurang, tidak lebih. Jika lebih dari satu kalimat, pantulkan kata kata yang penting. .
 Gunakan kata kata warga, bukan kata kata fasilitator.
 Kalau dia berkata dengan menggebu gebu, pantulkan dengan nada bicara tenang.
 Tujuan utamanya adalah membangun kepercayaan peserta
Triks-4: Mengumpulkan Gagasan (Gathering Ideas)
 Adalah teknik mendaftar gagasan secara cepat. Hanya untuk mengumpulkan, dan bukan hendak mendiskusikannya.
 Kumpulkan gagasan dengan memadukan teknik membahasakan kembali. Agar lebih cepat, gunakan terutama teknik memantulkan. Dengan memantulkan ucapan, warga merasa didengarkan dan mereka akan ikut menyampaikan gagasan secara singkat. Biasanya dalam 3 sampai 5 kata. Jadi, kita lebih mudah menuliskannya di papan tulis.
Bagaimana caranya?
 Awali dengan penjelasan tugas secara singkat. Lakukan curah pendapat. Kumpulkan gagasan sebanyak banyaknya.
 Tuliskan gagasan para peserta, apapun yang mereka katakan, dengan memakai teknik memantulkan atau teknik membahasakan kembali.
 Jika para peserta telah merasa cukup, sudahi proses ini. Berikan penghargaan terhadap semua pandangan peserta.
Triks-5: Mengurutkan (Stacking)
 Adalah semacam teknik menyusun antrian bicara, ketika beberapa orang bermaksud berbicara pada waktu bersamaan.
 Dengan teknik ini, setiap orang akan mendengarkan tanpa gangguan dari orang yang berebut kesempatan bicara.
 Karena setiap orang tahu gilirannya, tugas fasilitator menjadi lebih ringan.
Bagaimana caranya?
 Fasilitator meminta mereka yang hendak bicara untuk mengacungkan tangan.
 Fasilitator mengurutkan giliran yang akan bicara.
 Fasilitator mempersilakan peserta untuk bicara ketika tiba gilirannya.
 Sesudah peserta terakhir selesai bicara, fasilitator memeriksa jika ada peserta lain yang hendak bicara. Jika ada, fasilitator kembali melakukan teknik mengurutkan.
Triks-6: Mengembalikan ke Jalurnya (Tracking)
 Bayangkan bila ada lima orang yang ingin membicarakan berbagai akibat dari penumpukan sampah. Empat orang ingin menghitung biaya pengadaan kereta pengangkut sampah. Tiga orang tertarik membahas pemanfaatan sampah menjadi pupuk organik
 Biasanya orang menganggap bahwa apa yang ia anggap penting seharusnya terpilih menjadi topik diskusi. Pada keadaan ini, fasilitator bertugas mengembalikan diskusi ke jalumya.
 Teknik ini akan menenangkan orang yang bingung karena gagasannya tidak mendapatkan sambutan dari orang lain.
Bagaimana caranya?
 Mengajak warga untuk kembali pada tema awal.
 Menyebutkan gagasan yang muncul dalam diskusi
 Tanyakan pada kelompok untuk memeriksa ketepatannya.
Berikut adalah contohnya: "Baiklah, nampaknya ada tiga pembahasan yang sedang berlangsung saat ini. Pembahasan pertama menyangkut akibat penumpukan sampah. Yang kedua mengenai peralatan dan kebutuhan biaya. Yang ketiga membahas tentang Pemanfaatan sampah. Benarkah demikian?" Biasanya teknik ini membuat orang lebih memahami situasi diskusi. Jika ada yang mencoba menjelaskan bahwa saran dia penting, tunjukkan perhatian. Namun, jangan bersikap pilih kasih. Tanyakan juga pendapat orang yang lain.
Triks-7: Menguatkan (Encouraging)
 Adalah teknik mengajak orang ikut terlibat dalam diskusi, tanpa membuat mereka tersiksa karena terpaksa menjadi pusat perhatian.
 Dalam diskusi biasanya ada peserta yang hanya duduk dan diam. Diam bukan berarti malas atau tidak mau tahu. Mereka merasa kurang terlibat. Dengan sedikit dorongan, temukan sesuatu yang menarik perhatian mereka.
 Teknik menguatkan terutama membantu selama tahap awal diskusi, pada saat para peserta masih menyesuaikan diri. Bagi peserta yang lebih terlibat, mereka tidak membutuhkan begitu banyak penguatan untuk berpartisipasi.
Bagaimana caranya?
 "Siapa lagi yang ingin menyumbangkan gagasan?"
 "Sudah ada beberapa pendapat dari perempuan, sekarang mari kita dengar pendapat dari laki laki."
 "Kita sudah mendengar pendapat Ibu Tini tentang prinsip prinsip umum memilih kepala desa. Adakah yang dapat memberikan contoh tentang pelaksanaan prinsip tersebut?"
 "Apakah masalah ini dirasakan oleh semua yang hadir di sini?"
 "Mari kita dengar pendapat dari teman teman yang sementara ini belum berbicara"
Triks-8: Menyeimbangkan (Balancing)
 Pendapat paling kuat dalam suatu diskusi seringkali datang dari orang yang mengusulkan topik diskusi. Mungkin ada sebagian peserta yang mempunyai pendapat lain, tapi belum mau bicara.
 Teknik menyeimbangkan membantah anggapan umum bahwa "diam berarti setuju". Teknik menyeimbangkan gunanya untuk membantu orang yang tidak bicara karena merasa pendapatnya pasti tidak disetujui banyak orang.
 Dengan teknik menyeimbangkan, fasilitator sebenarnya menunjukkan bahwa dalam diskusi orang boleh menyatakan pendapat apapun.
Bagaimana caranya?
 "Baiklah, sekarang kita mengetahui pendirian dari tiga orang.
 Adakah yang lain atau memiliki pendirian berbeda?"
 "Ada yang punya pandangan lain?"
 "Apakah kita semua setuju dengan ini?"
Triks-9: Membuka Ruang (Making Space)
 Teknik membuka ruang adalah teknik membuka kesempatan kepada peserta yang pendiam untuk terlibat dalam diskusi.
 Dalam setiap diskusi selalu ada yang bicara terus, ada yang jarang bicara. Pada saat diskusi berlangsung cepat, orang pendiam dan yang berpikir lambat mungkin mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri.
 Ada orang yang tidak mau berperan banyak, karena tidak ingin dianggap ingin menang sendiri. Ada pula yang ikut dalam diskusi sambil meraba-raba apakah ia dapat diterima atau tidak. Banyak juga yang enggan bicara karena menganggap dirinya bodoh. Maka, fasilitator perlu membuka ruang partisipasi.
Bagaimana caranya?
 Amati peserta diskusi yang pendiam. Perhatikan gerak tubuh atau mimik mukanya, apakah menunjukkan bahwa mereka ada hasrat untuk bicara?
 Persilakan mereka untuk bicara: "Apakah ada yang hendak Ibu kemukakan?" "Apakah Bapak ingin menambahkan sesuatu?" "Kelihatannya anda mau mengatakan sesuatu?
 Jika mereka mundur, perlakukan mereka dengan ramah dan segeralah beralih. Tak seorang pun suka dipermainkan. Setiap orang berhak untuk memilih kapan ia berpartisipasi.
 Jika si pendiam tampaknya ingin bicara, jika perlu, tahan orang lain untuk bicara.
Triks-10: Diam Sejenak (Intentional Silence)
 Adalah berhenti bicara selama beberapa detik. Menunggu sejenak agar si pembicara menemukan apa yang ingin ia katakan.
 Banyak orang membutuhkan keadaan tenang untuk mengenali pemikiran atau perasaannya. Kadang kadang berhenti bicara beberapa detik sebelum mengatakan sesuatu yang mungkin berisiko. Ada pula yang diam sejenak untuk menyusun pikirannya.
 Gunakan teknik ini jika peserta diskusi terialu mudah berbicara. Teknik ini akan mengajak mereka untuk berpikir lebih mendalam.
Bagaimana caranya?
 Hening selama lima detik tampaknya begitu lama. Banyak orang tak sabar dengan "keheningan" tersebut. Jika fasilitator mampu melakukannya, orang lain pun akan mampu.
 Tetaplah tenang. Pelihara kontak mata pada pembicara.
 Jangan berkata apapun. Bahkan tidak juga berdehem atau batuk batuk kecil atau menggaruk dan menggeleng gelengkan kepala. Tetaplah tenang dan berikan perhatian.
 Jika perlu, angkat tangan untuk memberi isyarat kepada orang orang agar tidak memecahkan keheningan.
Triks-11: Menemukan Kesamaan Pemikiran Dasar
 Teknik menemukan kesamaan pemikiran dasar terutama berguna ketika peserta diskusi terbelah oleh perbedaan pendapat. Teknik ini dapat memperjelas letak persamaan dan pertentangan pendapat yang terjadi dalam diskusi.
 Teknik ini dapat membangkitkan harapan. Membuat warga tersadar bahwa meski saling bertentangan, mereka memiliki kesamaan tujuan. Untuk hal yang dasar mereka memiliki banyak kesamaan.
Bagaimana caranya?
 Katakan bahwa kita akan merangkum hal hal yang menjadi perbedaan dan persamaan di dalam. kelompok diskusi.
 Ringkaskan perbedaan perbedaan.
 Catat aspek aspek dasar yang sama
 Periksa catatan tersebut bersama peserta.
Teknik Mengatasi Keadan sulit .
Strategi lain adalah fasilitator harus mengenali karakter peserta/warganya, dan mempersiapkan diri untuk mengembangkan sikap positif peserta terhadap proses dan kegiatan diskusi. Gambaran berikut ini mewakili sejumlah karakteristik peserta yang paling sering kita temukan di masyarakat.
 Ada orang yang merasa tidak mendapat pengetahuan atau hal yang baru dari kegiatan ini.
 Ada juga orang yang pesimis, menganggap materi pelatihan tidak akan banyak manfaatnya bagi kehidupannya sehari-hari.
 Ada orang yang berpikiran empiris, tidak gampang percaya, dan menuntut bukti yang nyata dan bukan sekedar teori.
 Ada orang yang antusias, dan merasa bahwa materi yang diikutinya memberikan masukan yang sangat bermanfaat bagi dirinya.
 Ada orang yang selalu to the point, ingin diberitahu apa yang mesti ia lakukan dan tidak suka banyak teori.
 Juga ada orang yang menuntut untuk dihargai terutama dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan kehidupannya,dan cenderung merasa tersinggung jika caranya dianggap salah.
Seorang fasilitator harus bersikap positif terhadap beragam karakter peserta atau masyarakat dan menanganinya dengan sabar. Seringkali orang yang antusias belajar, justru tidak tahu bagaimana menerapkan pembelajaran ini dalam kehidupan dia. Sehingga fasilitator harus menangani peserta seperti ini untuk mengkaitkan hasil belajarnya dengan peningkatan kualitas hidupnya. Sementara itu, peserta yang merasa 'pintar' dan tidak memperoleh manfaat dari pembelajaran, bisa saja berbalik menjadi peserta yang mendukung kelompok apabila fasilitator berhasil melakukan pendekatan personal dengannya.
Menangani Situasi Sulit.
Adanya berbagai karakteristik peserta, dapat menimbulkan dinamika kelompok yang menarik apabila fasilitator dapat mengelolanya dengan baik. Peserta yang sangat bersemangat, dapat menularkan 'energinya' kepada peserta yang pasif atau 'malumalu'. Kalau tidak ada peserta yang pendiam, semuanya suka bicara, apa yang akan terjadi? Keberagaman sebaiknya disikapi secara positif agar berpengaruh baik terhadap situasi belajar. Jangan sampai sebaliknya, kelompok kita berantakan karena adanya peserta dominan atau selalu kontra terhadap peserta lainnya. Berikut ini adalah beberapa situasi sulit yang sering dihadapi seorang fasilitator.
Menangani Peserta yang Selalu Bicara
Ketika ada seseorang terlalu aktif, orang orang lainnya menjadi kurang berpartisipasi. Seringkali fasilitator mencoba untuk mengendalikan orang tersebut: "Maaf Pak Bobon, beri kesempatan kepada orang lain untuk bicara." Namun, sebaiknya upaya upaya fasilitator difokuskan untuk mendorong orang orang yang pasif untuk lebih berpartisipasi. Mencoba untuk mengendalikan orang yang terlalu aktif mengakibatkan peserta yang lain kehilangan perhatian.
Menangani Peserta yang Mulai Jemu
Peserta mulai menjadi tidak fokus karena kelelahan, materi diskusi memang berat, atau kurang menarik. Dalam keadaan ini, fasilitator sebaiknya tidak memaksakan
peserta. Misalnya, "Ayo, kita kembali konsentrasi kepada diskusi kita." Fasilitator sebaiknya mengajak peserta untuk beristirahat sejenak. Setelah beristirahat, peserta akan dapat lebih segar berdiskusi kembali.
Menangani Situasi Rendahnya Partisipasi Seluruh Peserta
Fasilitator keliru jika beranggapan bahwa partisipasi peserta rendah karena mereka sedang berkonsentrasi memperhatikan. Kemudian fasilitator tidak melakukan apapun untuk mendorong peserta lebih berpartisipasi. Mengubah metode diskusi ke dalam bentuk lain merupakan salah satu cara meningkatkan kembali partisipasi peserta. Misalnya dengan melakukan metode curah pendapat atau diskusi kelompok kecil.
Menangani "Debat Kusir" antara Dua Peserta
Kadang kadang seseorang menyerang gagasan orang lain untuk menjelaskan gagasannya sendiri. Banyak waktu akan terbuang jika fasilitator mencoba menyelesaikan konflik antara keduanya. Libatkan peserta lain. Jadikan masalah tersebut menjadi masalah bersama. Misalnya dengan melontarkan pertanyaan: "Siapa lagi yang mempunyai pendapat terhadap masalah ini?"
Ingat: Sebaiknya tidak mencurahkan perhatian terhadap sedikit orang yang terlalu dominan. Beri perhatian lebih justru pada kelompok peserta yang pasif.
Menangani Peserta yang Diam Saja
"Ibu Indrawati tidak bicara banyak hari ini. Apakah ada pendapat yang ingin Ibu sampaikan?" Cara ini mungkin bisa membantu jika peserta tersebut menunjukkan mimik hendak berbicara tetapi ragu ragu. Namun jika dilakukan terlalu sering, dapat membuat orang tersebut merasa menjadi sorotan sehingga menarik diri sepenuhnya. Fasilitator dapat menggunakan metode diskusi kelompok kecil untuk lebih memberi kesempatan peserta yang malu untuk berbicara.
Menangani Peserta yang Berbisik bisik dan Bersenda Gurau
Fasilitator umumnya tidak mengindahkan perilaku ini dengan harapan akan berhenti dengan sendirinya. Kadangkala memang berhasil, tapi seringkali malah membuat suasana semakin parah. Dalam keadaan begini, sambil bercanda, mintalah peserta untuk berlaku sewajamya. Jika masih berlanjut, pasti ada yang salah
dengan situasi belajar.
Pikirkanlah:
• Apakah topik yang dibahas memang kering dan membosankan?
• Apakah peserta membutuhkan istirahat?
• Atau mungkin peserta membutuhkan diskusi dalam kelompok kecil?
Menangani Keterlambatan Para Peserta
Mulailah sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Menunggu berarti menyetujui keterlambatan. Jika terpaksa, bukalah terlebih dulu diskusi. Kemudian minta kesepakatan peserta untuk menunda diskusi dan lama waktunya. "Nampaknya belum semua orang datang. Apakah kita akan melanjutkan atau menunda beberapa menit hingga peserta lainnya datang? Jika kita akan menunggu, berapa menit waktu yang akan kita berikan?"
Menangani Peserta yang Mengulang Ulang Pembicaraan
Biasanya orang mengulang-ulang pembicaraan karena merasa pendapatnya tidak didengarkan. Ringkas sudut pandang orang tersebut hingga dia merasa dipahami. Tampilkan pandangan yang berbeda dari peserta lainnya dengan pandangan orang yang bersangkutan.
Menangani Peserta yang Meributkan Urusan "Remeh"
Jika ada peserta yang meributkan urusan "remeh", menasehati peserta yang "buang buang waktu" itu bukanlah jalan yang terbaik. Ajaklah kelompok untuk kembali ke pokok permasalahan.
Menangani Peserta yang Segan Terbuka karena Ada Petinggi
Fasilitator bertugas membantu warga agar dapat mengemukakan pikiran dengan leluasa. Orang sering tidak bicara yang sebenamya karena orang yang disegani (pemuka desa, pejabat pemerintah) ada di ruang diskusi. Atau mereka segan menanggapi pendapat para petinggi.
Berbicara terus terang berbeda dengan berbicara kasar. Mengatakan hal yang sesungguhnya memang memerlukan keberanian. Fasilitator bisa menanyakan pada para peserta tentang hal-hal yang akan mereka katakan jika petinggi tidak berada di
dalam ruangan. Tangggapan peserta akan bermacam macam. Ada yang membela diri. Ada yang merasa tersadarkan.
Pertimbangkan cara-cara ini:
• Berikan giliran pertama bicara kepada petinggi tersebut.
• Gunakan metode diskusi kelompok kecil.
• Persilakan peserta untuk menuliskan pikiran mereka masing masing.
• Kemudian minta mereka membacakannya.
• Sediakan waktu untuk membahas pendapat dari petinggi.
Menangani Gangguan dari Luar
Setelah harga BBM naik, orang orang merasa perlu mengungkapkan kegelisahan mereka, tentang beratnya beban biaya sehari hari. Setelah hujan lebat warga merasa perlu untuk membicarakan tanggul yang bobol dan banjir yang merendam kebun. Banyak kejadian yang dapat mengganggu konsentrasi kelompok. Apa yang sebaiknya dilakukan? Banyak Fasilitator memutuskan untuk mengabaikan "gangguan" tersebut. Sebaiknya luangkan waktu untuk membicarakan hal itu. Sesudah puas membicarakannya, warga akan kembali ke topik diskusi.
PUSTAKA
Anonoim, (2007). Teknik Fasilitasi Parttisipatif Pendampingan Masyarakat. Panduan Untuk Fasilitator Infomobil. Tim Partnership for e-prosperty for the foor. BAPPENAS-UNDP.
Djohani, Rianingsih. Ed. (1996). Buku Acuan Penerapan PRA. Berbuat Bersama Berperan Setara. Studio Dria Media. KPDNDT. Bandung
Kaner, S. at al (2007). Facilitator's Guide to Participatory Decision-Making, Jossey-Bass
Sarjono, A.M. dkk. (2000). Buku Petunjuk Pengelolaan Program Pembinaan Masarakat Desa Hutan. SFMP-DEPHUT-GTZ

1 komentar:

  1. bagaimana yaaaa,, kira kira menerapkan fasiltasi pada akivitas aksi peduli lingkungan?

    BalasHapus